Hare Gene Muslim Masih Percaya Media Mainstream?

IslamByFiras

Sudah lama aku merasa bahwa media mainstream di Indonesia tidak netral jika menyangkut tentang Islam, padahal Islam adalah agama mayoritas di Indonesia. Artikel-artikel berikut ini adalah contoh bagus dari hal itu:

 

Diskriminasi Media Massa

Sebuah pepatah  mengatakan “jika anda ingin menguasai Dunia maka kuasai media (informasi)”. Benar tidaknya pepatah tersebut, yang jelas dewasa ini  media massa memiiki fungsi strategis dalam kontrol sosial masyarakat. Tak dipungkiri pula bahwa media massa punya andil besar dalam mempengaruhi kebijakan sang pengampu kebijakan sebuah negri, termasuk di Indonesia.

Karena pemberitaan media pula, banyak kasus yang terjadi ditengah-tengah masyarakat membuat pihak berwenang segera bertindak cepat untuk menyelesaikan persoalan. Disisi lain, disadari atau tidak, media juga telah menjadi alat untuk mengalihkan perhatian masyarakat atas isu yang mengancam kekuasan.

Media yang baik tentu adalah media yang bersikap objektif, adil, dan tidak deskriminatif terhadap sebuah golongan masyarakat di dalam pemberitaannya. Selain itu media tersebut harus mampu merekontruksi masyarakat dan Negara untuk menuju kebaikan. Dalam konteks keindonesian, untuk menuju Indonesia yang lebih baik dan berkeadilan.

Namun sayang, terkadang hal itu belum dapat terpenuhi sepenuhnya oleh media-media umum cetak maupun elektronik di Indonesia saat ini. Khususnya apabila hal ini menyangkut permasalahan Islam dan kaum muslim di negri ini.

Apakah saat ini media benar-benar sudah terkena imbas dari sebuah rekomendasi oleh seorang pengamat dari barat , Ariel Kohen, berikut: “AS harus menyediakan dukungan kepada media lokal untuk membeberkan contoh-contoh negatif dari aplikasi syariah)”. Sedangkan ide-ide yang harus terus menerus diangkat ialah menjelekkan citra Islam: perihal demokrasi dan HAM, poligami, sanksi kriminal, keadilan Islam, minoritas, pakaian wanita,kebolehan suami untuk memukul istri.” (Cheril Benard, Cicil democratic Islam, partners, resources, and strategies, the rand corporation halaman.1-24).

Apa yang terjadi di Medan serta beberapa tempat lain adalah salah contoh dari sekian banyak contoh. Bahwa telah terjadi pembakaran dan pengrusakan terhadap rumah-rumah Allah, namun nyaris tanpa pemberitaan dari media massa. Hal ini bertolak belakang jika kejadian sama menimpa tempat ibadah lain, maka ramai-ramai umat Islam yang akan langsung dikambing hitamkan. Gegap gempita pemberitaannya pun begitu terasa.

Sebagaimana dalam keterangan pers realease PAHAM (Pusat Advokasi Hukum dan Hak Asasi Manusia) Indonesia sebagaimana dikutip voa-islam.com (13/4) bahwa telah terjadi beberapa aksi anarkis terhadap beberapa Masjid, diantaranya:

 

1. Pembakaran dan pengrusakan Masjid Nur Hikmah di Dusun Lima Desa Aek Loba Kecamatan Aek Kuasan, Kabupaten Asahan.

 

2. Pembakaran dan pengrusakan Masjid Taqwa di Kelurahan Aek Loba, Kecamatan Aek Kuasan, Kabupaten Asahan.

 

3. Pembongkaran Masjid Al IKhlas di Jl. Timur No. 23, Kelurahan Perintis, Kecamatan Medan Timur, Kota Medan.

 

4. Pembakaran rumah, pengrusakan masjid dan penganiayaan massif di Jl. Kp Melayu, Selambo, Dusun Tiga, Desa Amplas, Kecamatan Percutseituan, Kabupaten Deli Serdang, Medan.

 

5. Pembakarn Masjid Fii Sabilillah di Jl. Lintas Tobasa, Lumban Lowu, Kabupaten Toba Samosir, Toba Samosir.

 

6. Pembakaran Masjid Besitang, Desa Selamet, Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat.

 

Contoh lain, media juga gampang sekali mencap seorang muslim sebagai teroris meski si fulan belum terbukti sebagai teroris.  Justru yang jelas-jelas teroris, misalnya Tibo Cs. Terpidana hukuman mati kasus Poso dahulu juga tak pernah mendapat gelar teroris, padahal sudah terbukti melakukan teror. Begitu pula kasus-kasus anarkis yang melibatkan umat Islam, dengan hanya memberitakan kulit luar persoalan.

Dikhawatirkan jika kemudian ada reaksi dari umat Islam atas kejadian ini, lalu hanya umat Islam yang disalahkan tanpa melihat duduk persoalan. Bagaimanapun tindakan pengrusakan terhadap tepat ibadah yang sah secara hukum  adalah jelas tidak boleh ditolelir, maka harus segera ditindak tegas.

Kepada pihak berwenang, kita berharap untuk segera mengusut tuntas kejadian ini  tanpa menunggu tekanan publik guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, dan memberi hukum setimpal bagi para pelakunya. Buktikan bahwa negri ini adalah Negara hukum. Hukum harus ditegakkan untuk semua warga Negara, bukan hanya untuk kelompok tertentu saja.

‘Alakullihal, saat ini kita rindu dan membutuhkan sebuah sistem yang mampu mengatur dengan baik sebuah Negara yang berpenduduk hiterogen atau majemuk. Menciptakan ketentraman bersama bagi setiap pemeluk agama, baik Islam maupun Non Muslim.

Menjadikan media massa yang lebih bermakna. Bagi Negara khilafah, di dalam negri media berfungsi untuk membangun masyarakat islami yang kokoh . Sedang di luar negeri, ia berfungsi untuk menyebarkan Islam, baik dalam suasana perang maupun damai, untuk menunjukkan keagungan ideologi Islam sekaligus membongkar kebobrokan ideologi kufur buatan manusia. (Masyru’ Dustur Dawlah al-Khilafa, alwaie 10/2008).

Suatu contoh kehidupan sebuah masyarakat yang begitu indah. Hingga membuat orang barat sekalipun memberikan kredit positif, simak saja penuturan TW Arnold  dalam The Preaching of Islam berikut: “ Ketika Konstantinopel kemudian dibuka oleh keadilan Islam pada 1453, Sultan Muhammad II menyatakan dirinya sebagai pelindung Gereja Yunani. Penindasan pada kaum Kristen dilarang keras dan untuk itu dikeluarkan sebuah dekrit yang memerintahkan penjagaan keamanan pada Uskup Agung yang baru terpilih, Gennadios, beserta seluruh uskup dan penerusnya. Hal yang tak pernah didapatkan dari penguasa sebelumnya. Gennadios diberi staf keuskupan oleh Sultan sendiri. Sang Uskup juga berhak meminta perhatian pemerintah dan keputusan Sultan untuk menyikapi para gubernur yang tidak adil,”.

Sangat terkutuk pihak yang telah membakar dan merusak masjid-masjid itu. Hal ini menunjukkan bahwa Islam saat ini  sedang diremehkan dan dilecehkan. Sungguh, kita sangat merindukan sistem Islam itu. Sistem yang akan menjaga kemuliaan kaum muslim dan memberikan perlakuan yang baik bagi non muslim. Aneh kalau masih ada yang tidak rindu. Wallahu a’lam.

 

Nasib Umat Islam Pada Pemberitaan Ambon Versus Bom Solo

Memprihatinkan, menyesakkan dada, ketidak adilan, bla…bla..bla.

Itulah sekelumit kata yang ada di dalam hati kita ketika melihat tidak berimbangnya pemberitaan media sekuler atas penderitaan umat Islam, dalam hal ini kasus Ambon. Jika dibandingkan dengan pemberitaan tentang bom kepunton solo, yang notabene “pelaku” distigmakan kepada umat Islam dan korban distigmakan pada umat nasrani, maka yang ada adalah diskriminasi nyata yang terjadi di dalam toleransi palsu ala pancasila dan UUD 45.

Sebelum tulisan ini dibuat, penulis secara kebetulan membaca sebuah artikel dari detikcom yang mengulas tentang bom di Ambon. Tiba-tiba di dalam hati muncul setitik khusnudzon kepada berita tersebut dan juga kepada media detikcom. Namun, apa yang terjadi ?? Setelah dibaca lebih lanjut, ternyata artikel tersebut ditujukan untuk menunjukkan fakta bahwa lagi-lagi salibis yang menjadi korban. Berikut skrinsut dari berita tersebut :

Jika kita simak pada kotak biru di atas, maka akan didapatkan informasi bahwa umat Kristiani lah yang menjadi korban dalam bom di Ambon. Padahal jika mengutip media Islami, maka jelas sekali bahwa ada masjid terbakar, balita meninggal di pengungsian serta tujuh korban bentrokan di Ambon. Bahkan di antara tujuh korban tersebut, ada korban dari kalangan non-muslim. Maka penulis mencoba mengetik keyword tentang bom pasar mardika (yang terjadi di malam sebelum terjadinya bom Solo) di google dan di detiksearch.

Ternyata hasil yang didapat pada pencarian berita detik untuk ledakan Pasar Mardika di google adalah berita-berita kadaluarsa. Bahkan dalam berita-berita kadaluarsa tersebut adalah berita-berita yang pelakunya dari kalangan acang. Tidak ada berita tentang ledakan Pasar Mardika (sebuah pasar di wilayah umat Islam). Begitu pula ketika penulis mencari hasil pencarian di detiksearch. Berita-berita tentang ledakan Pasar Mardika adalah berita kadaluarsa dan hanya berjumlah sedikit. Lain halnya jika berita ledakan Kepunton, maka hasilnya adalah berita-berita berjumlah banyak dengan tingkat update yang tinggi.

Bagaimana dengan media lain ?

Ternyata hanya sedikit media yang mau memberitakan kerusuhan di Ambon, yang notabene umat Islam adalah korban. Mayoritas media sekuler emoh memberitakan kesengsaraan umat Islam, tapi semangat 45 ketika menyiarkan bom di Solo.

Berikut hasil pencarian tentang bom Solo di google :

Bagaimana untuk kasus Ambon 9/11 ?

1. Bom Mardika

2. Balita kaum Muslimin Ambon

3. Masjid Ambon terbakar

Apakah benar pada hari ini umat Islam sudah begitu rendahnya di mata musuh-musuhnya ? Apakah pancasila dan pendukungnya benar-benar melindungi secara bhinneka ?

Sungguh, ramalan Rasulullah adalah sebaik-baik nasehat dan petunjuk bagi kita semua.

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar r.a, ia berkata, “Rasulullah saw. bersabda, ‘Jika kalian berdagang dengan sistem ‘inah dan kalian telah disibukkan dengan mengikuti ekor sapi (membajak sawah) serta ridha dengan bercocok tanam, maka Allah timpakan kehinaan atas kalian dan tidak akan mencabut kehinaan tersebut hingga kalian kembali kepada agama kalian’,” (Hasan, HR Abu Dawud [3462], Ahmad [II/28,42 dan 84]. Ad-Dulabi dalam al-Kunaa walAsmaa’ [II/65], al-Baihaqi [V/136], Ibnu Adi dalam al-Kaamil [V/1998], Abu Umayyah ath-Thurthusi dalam Musnad Ibnu ‘Umar [22], ath-Thabrani [13583 dan 13585], Abu Ya’la [5659] dan Abu Nu’aim dalam Hilyah [I/313-314]).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Hampir terjadi keadaan yang mana umat-umat lain akan mengerumuni kalian bagai orang-orang yang makan mengerumuni makanannya”. Salah seorang sahabat berkata: “Apakah karena sedikitnya Kami pada waktu itu?” Nabi berkata: “Bahkan, pada saat itu kalian banyak jumlahnya, tetapi kalian bagai ‘ghutsa’ (buih kotor yang terbawa air saat banjir). Pasti Allan akan cabut rasa segan yang ada dalam dada-dada musuh kalian, kemudian Allah campakkan kepada kalian rasa ‘wahn’”. Kata para sahabat: “Wahai Rasulullah apa rasa ‘wahn’ itu?” Beliau bersabda: “Cinta dunia dan takut mati” (HR Abu Daud No.4297, Ahmad 5/278, Abu Nu’aim dalam al-Hilyah 1/182 dengan dua jalan dan dengan keduanya hadits ini menjadi shahih). [sksd]

 

Salah satu indikator yang paling mencolok tentang ketidaknetralan media adalah pilgub dki lalu. Tak tanggung-tanggung, hampir semua media menyatakan dukungan pada jokohok. Mereka bahkan “memboikot” berita yang bertentangan dengan jokohok. Tidak percaya? Lihat berita ini:

 

PILKADA PUTARAN II: Fatwa MUI Ganjal Pasangan Jakowi-Ahok

JAKARTA: Majelis Ulama Indonesia DKI Jakarta menerbitkan fatwa soal pemilihan pemilihan kepala daerah DKI Jakarta pada putaran kedua. Majelis tersebut merekomendasikan agar memilih calon gubernur dan wakil gubernur beragama Islam.

Berdasarkan salinan surat yang diperoleh Bisnis, fatwa tersebut tertuang dalam hasil rapat pimpinan MUI DKI Jakarta pada Senin 3 Ramadan 1433 H bertepatan dengan  23 Juli 2012 M. Fatwa tersebut bisa mengganjal pasangan Jakowi-Ahok. Hal itu dimungkinkan karena Ahok tercatat beragama nonmuslim.

Dalam surat dua lembar itu, MUI provinsi DKI Jakarta menyampaikan pesan-pesan moral sehubungan dengan pelaksaaan pemilihan kelapa daerah (gubernur dan wakil gubernur) provinsi DKI Jakarta periode 2012-2017.

“MUI Provinsi DKI Jakarta telah memfatwakan tentang kewajiban memilih pasangan calon pemimpin [gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta] yang beragama Islam serta mengharamkan memilih calon pemimpin yang kafir,”  tulis surat tersebut dalam butir 3 seperti dikutip Bisnis, Rabu (08/08/2012).

Pada butir 2 poin c disampaikan agar masyarakat memilih pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang beragama Islam, meskipun MUI DKI Jakarta menyadari bahwa umat Islam harus toleran terhadap agama lain serta hidup berdampingan secara damai dengan mereka.

“Akan tetapi, toleransi bukan berarti memilih dan menjadikan mereka sebagai pemimpin. tidak satupun ayat suci Al-Quran dan Hadits Rasullulah yang memperbolehkan apalagi memerintahkan umat Islam memilih pemimpin dari kalangan orang kafir,” tegasnya.

Pada poin lain, MUI mengajak masyarakat agar menggunakan hak pilihnya dengan penuh tanggungjawab baik di dunia maupun di akhirat bagi warga masyarakat DKI yang telah memiliki hak pilih dalam pilkada putaran kedua. “Jangan Golput,” tambahnya. (if)

 

Berita fatwa MUI ini setahuku hanya ditayangkan di bisnis.com dan tidak kuketahui adanya media-media besar lain yang menampilkannya. Kalau bukan BERPIHAK lalu namanya apa, dong? Bahkan nurani milik jpnn pun memberitakan bahwa memilih nonmuslim sebagai pemimpin itu boleh. Astaganaga.

Setelah dilantik pun, jokohok diikuti oleh detik sampai hari ini dengan menampilkan sub-berita khusus tentang dia.

 

detik jokohok

 

Presiden SBY, orang nomor satu di negeri ini saja tidak diliput se-eklusif itu! Kalau berkomentar tidak bagus di berita detik tentang jokohok dan partainya, next time maka komentarnya akan dimoderasi oleh detik.

 

detik

 

Aneh, kan? Sepertinya jokohok sangat diistimewakan dan tidak boleh kita mengkritisi jokohok disana. Belum lagi kaskus yang seolah jadi basecamp jokohok seperti yang kutulis di sini.

Bukti berikutnya adalah berita tentang pemukulan ustadz di Bekasi yang SAMA SEKALI TIDAK DILIPUT OLEH MEDIA MAINSTREAM. Hanya media-media Islam yang menampilkannya. Baca di sini. Ustadz-nya tinggal di Bekasi, lo, bukan di Merauke, kenapa tidak diliput? Nilai beritanya pasti ada, lah! Kok sangat JANGGAL, ya?

Lalu saat banjir Jakarta lalu, orang-orang ramai mencari FPI dengan bertanya “apa yang dilakukan FPI di saat seperti ini?” padahal FPI sudah mendirikan 21 posko tanpa publikasi media. Jpnn sempat meliput aksi FPI.

 

FPI dan JAT Buka Pos Bantuan Banjir

JAKARTA-–Pesan gelap berantai melalui blackberry messenger beredar luas di Jakarta kemarin (20/01). Intinya mempertanyakan Front Pembala Islam (FPI) yang dianggap tak perduli dengan banjir Jakarta. “Kemana FPI, mengapa mereka berteriak anti kemaksiatan tapi tidak melakukan tindakan kemanusiaan?” tulis pesan berantai itu.

Pesan itu ditanggapi santai oleh jajaran pengurus Front Pembela Islam. “Prinsipnya kami beramal saja, posko sudah ada sejak hari pertama banjir (17/01) tapi kami tak perlu gembar gembor,” ujar Ketua DPW FPI Jakarta Habib Selon kemarin.

FPI telah membangun posko di 21 titik  di Jakarta. Di daerah Jakarta Timur mereka membangun pos di Bukit Duri, Kampung Pulo dan Jatinegara. Pusat komando FPI di Petamburan juga menampung beragam bantuan untuk disalurkan. “Di tiap pos kita buka dapur umum dan juga layanan pengobatan,” katanya.

Organisasi lain yang juga dicap radikal, Jamaah Ansharut Tauhid, juga membuka pos layanan darurat banjir. Organisasi yang dibentuk oleh Abu Bakar Baasyir ini membuka posko induk di jalan Siagara Raya 42 Pejaten Jakarta Selatan.

“Kami mobile dengan personel untuk membawa obat-obatan dan makanan siap santap,” ujar qoid dawlam markaziah (juru bicara) JAT Sonhadi di sela-sela kegiatan pelayanan pengungsi kemarin.

Menurut Sonhadi, JAT fokus pada bantuan makanan dan obat serta pakaian untuk balita. “Kami mengerahkan anggota dan simpatisan JAT yang jumlahnya ribuan di jakarta,” kata pria yang masuk daftar hitam teroris versi Kementrian Keuangan (US Treasury) Amerika Serikat ini.(rdl)

 

 

Coba lihat yang dibold! Ngapain coba ada tulisan “organisasi radikal” atau “pria yang masuk daftar hitam teroris Amerika” di situ padahal GAK ADA HUBUNGANNYA dengan berita saat itu? Kabarcepat juga menulis berita tentang FPI tapi menampilkan judul yang nggak banget:

 

Banjir Jakarta, FPI Bakal Bagikan Pembalut Wanita

Jakarta – Tergenangnya sejumlah wilayah Ibukota akibat banjir, membuat sejumlah organisasi kemasyarakatan menurunkan tim untuk membantu para korban. Salah satunya adalah FPI (Front Pembela Islam). Kepada kabarcepat.com (Kamis, 17/01/2013), Ketua DPW FPI DKI Jakarta, Salim Assegaf, yang akrab disapa Habib Selon, mengatakan bahwa pihaknya telah membuka 21 posko banjir yang tersebar di seluruh wilayah Jakarta.
Habib Selon mengatakan bahwa sejak kemarin (16/01/2013), FPI telah membagikan ribuan nasi bungkus dan bantuan obat-obatan bagi warga korban banjir di Bukit Duri, Kampung Pulo, dan Jati Negara. Hingga hari ini FPI masih mengumpulkan sumbangan dari para donatur untuk pengadaan baju layak pakai, susu bayi, dan pembalut wanita.
“Kita segera akan memberi bantuan pembalut wanita, susu bayi, dan beberapa potong baju buat para korban. Pembalut wanita dan susu sangat penting, karena korban banjir sangat membutuhkan,” ujar Selon
Selon pun membuka nomor kontak pribadinya untuk bisa dihubungi para korban banjir di Jakarta atau memberi bantuan donasi untuk disalurkan. Dia menyatakan siap menindaklanjuti permohonan bantuan masyarakat yang membutuhkan.
“Silahkan masyarakat yang butuh bantuan menghubungi saya di nomor 08561207345 atau 0818138316, nanti insya Allah kami bantu,” kata Selon mengakhiri pembicaraan. (ADS/ADS)

 

Kenapa harus ada kata-kata PEMBALUT WANITA? Yang dibagikan FPI macem-macem dan SALAH SATUNYA adalah pembalut. Dari judulnya saja sudah kelihatan bahwa sepertinya mau sebaik apapun FPI, media seakan tidak rela dan tetap ingin mengecap FPI tidak baik. Cape deh…  Lengkapnya, baca di sini.

Kemudian masih ada metro yang membuat berita tentang rohis dan yahudi yang menyinggung umat Islam. Kalau sekali masih bisa dimaklumi, tapi kalau dua kali? Itu patut dipertanyakan! Berikut artikel yang menyangkut hal itu:

 

Metro Tv, Refleksi Media Liberal yang Anti Islam ?

Beritanya terkenal BERNAS  (Beraroma Nasdem), provokatif, berat sebelah terutama yang berkaitan dengan Islam. Ya, MetroTV yang merupakan moncong partai Nasdem sangat getol menyajikan berita yang memprovokasi jutaan rakyat Indonesia agar terjerumus ke dalam mindset pendiri Nasdem dengan gaya liberalisasi pemikirannya yang cukup tendensius.

Kesan pertama menyaksikan gaya presentasi acaranya kritis, namun lambat laun semakin menyudutkan pihak-pihak tertentu yang dianggap lawan/yang tak sejalan dengan manhaj ‘dakwah’ yang diusung bos MetroTV, Surya Paloh. Beritanya tidak lagi independen, namun mengarah kepada pembunuhan karakter (character asassination).

Di satu sisi, MetroTV kerapkali melakukan pencitraan positif partai Nasdem, namun di sisi lain metroTV juga mengkritik habis-habisan politik pencitraan SBY. Seolah, MetroTV telah berhasil mengadaptasi gaya kaum oportunis Yahudi di Amerika yang menjadikan media sebagai alat pembantaian karakter. Karena untuk menjatuhkan wibawa pemerintah yang berkuasa sangat efektif menggunakan media informasi.

Ketika Surya Paloh belum hengkang dari Golkar, MetroTV sangat hati-hati dalam pemberitaan yang menyangkut petinggi Golkar. Namun setelah bos metro TV keluar dari Golkar, MetroTV seolah telah memperoleh ‘ijin’ untuk mengekspos beritanya. Nampaknya sang bos ‘besar’ ingin menunggu momentum yang tepat demi kelancaran strategi politik berikutnya.

Musuh lama yang menjadi lawan abadi MetroTV nampaknya tetaplah Islam. Untuk itu sebisa mungkin dengan segala kekuatan yang ada MetroTV selalu berusaha untuk membendung gerakan-gerakan Islam dengan memanfaatkan JIL untuk mengcounternya. Seringkali beritanya yang menyangkut terorisme dan ormas Islam yang dianggap radikal diekspos habis-habisan untuk memancing emosi ormas Islam sekaligus melakukan character asassination. Namun ketika kelompok yang disudutkan memberikan argumentasinya, videonya tidak ditampilkan secara utuh. Begitu juga dengan acara yang menampilkan beragam narasumber, MetroTV hanya menghadirkan satu narasumber dari kelompok Islam untuk ‘dikeroyok’ oleh narasumber-narasumber lain yang berpaham SEPILIS.

Salah satu yang tampak jelas arogansi MetroTV adalah berita tentang demo #IndonesiaTanpaJIL kemarin, Jumat. Dalam situsnya MetroTV memasang foto anti FPI dalam postingan berita yang saya nilai tidak pas dengan judul beritanya. Lagipula, demo tersebut bukan hanya dikuti FPI, tetapi dari beragam gabungan ormas, artis, dan komunitas anak punk underground. Jelas, liberalisasi pemikiran ala Nasdem yang diblowup lewat saluran media mainstream MetroTV sangat bertentangan dengan Islam. Jadi selama ada gerakan ormas Islam yang menolak paham SEPILIS, sang bos ‘besar’ tetap merasa gerah di singgasananya.

 

Ada juga yang bilang bahwa kompas pun demikian. Baca ini:

 

Agenda Dibalik Pemberitaan Tak Berimbang Kompas.com

Salam hangat para hamba Republik Wayangku tercinta, kesempatan kali ini saya ingin mengkritisi pemberitaan situs berita online Kompas.com. Kompas.com adalah media berita versi online dari harian Kompas. Awal pertama membaca kompas, saya sangat mengapresiasi, Kompas saya harapkan menjadi salah satu sumber informasi yang up to date dan berimbang. Namun, akhir-akhir ini saya melihat kompas (dalam hal ini adalah Kompas.com) memberikan berita yang sangat tak berimbang sama sekali. Saya merasa jika Kompas.com memberikan berita yang lebay. Dibuat-buat dan tak berdasarkan fakta yang kongkrit. Saya heran mengapa akhir-akhir ini Kompas.com sangat gencar memberitakan Anas Urbaningrum sebagai koruptor, padahal di media lain tak segencar kompas.com. Ada apakah gerangan? . Kedua, saya sama sekali tak melihat ada kabar yang menjelekkan seorang Dahlan Iskan dari kompas.com, yang ada malah seakan-akan kompas.com sangat mendukung Dahlan Iskan. Padahal dimana-mana sudah santer diberitakan jika Dahlan Iskan bukanlah sosok malaikat, malahan banyak dosa yang dia buat. Tapi yang saya lihat justru jika tak ada kabar yang menjelekkan Dahlan Iskan. Di kompasiana, Dahlan bahkan menjadi bulan-bulanan para penulis. Ketiga, saya juga sangat jarang melihat ada pemberitaan yang membahas tentang Amerika Serikat dan kebobrokannya. Ada apakah dengan kompas.com? mengapa sudah sangat tak berimbang? Mari kita telisik.

Saya akan menguraikan satu per satu asumsi dan realitanya, kemudian di akhir argument saya akan menarik benang merah antara kompas.com – pro AS – pro Dahlan – anti Islam – anti Anas. Dalam menilisik kebenaran atau ketidakbenaran asumsi tersebut, saya menggunakan dua variable pertanyaan. Yang pertama, kompas dan kompas.com sangat pro Amerika? Kedua, jika benar pro Amerika, maka bisa dipastikan jika kompas / kompas.com membawa misi untuk mengganyam muslim? Apalagi pendiri kompas adalah Jakob Oetama, sosok pemimpin Katolik dan dulu pernah mendapat kecaman karena memuat berita dengan Arswendo Atmowiloto yang isinya menjelekkan orang Islam, sehingga para tokoh Islam pada waktu itu seperti Cak Nurcholis Majid, Amien Rais dsb menjadi marah. Well, mari kita mulai. Pertama saya akan mencari benang merah kompas/kompas.com dengan asumsi pro Amerika. Masih ingatkah dengan tulisan Faizal Assegaf tentang kebusukan Jakob Oetama dan kompas yang berujung pada pemblokiran akun Faizal di Kompasiana? Perseteruan Faizal assegaf dan Jacob Oetama berujung pada pembekuan akun faizal assegaf. Faizal assegaf yang biasa disapa bang ical adalah seorang penulis yang dahulunnya sering menulis di kompasiana. Tulisannya yang sering menjadi kontroversi meledak saat tulisannya yang mengeritiki Jacob oetama (pemimpin media kompas dimana kompasiana bernaung). Tulisan faizal assegaf mengklaim bahwa media kompas berbasis komersial atau industri pers kapitalisme. Dalam tulisannya, faizal assegaf menuding kompas adalah industri pers yang dibangun atas dasar semangat kelompok dan kapitalisme dan pro Amerika. Berbagai anggapan miring tentang kompas bermunculan pada kalangan bloger, yang menganggap kompas adalah media berzaman orba yang sangat anti krtikan, alasan yang sangat konyol bahwa tidak boleh kritik Jacob oetama membuat kebebasan berdemokrasi diantara bloger kompasiana seolah terbatasi. Aneh, mengapa harus sebegitu lebay-nya? Bukankah ini demokrasi? Bukankah pers sendiri yang bilang bahwa setiap orang bebas berpendapat? Pers lewat tindakan Jakob sudah menjilat ludahnya sendiri.

Lantas pernahkah kompas dan kompas.com memuat berita yang menjelekkan AS? Sangat jarang. Bahkan yang dimuat hanya berita yang pro AS. Saya teringat ketika kompas.com memuat tulisan R William Liddle Profesor Emeritus Ohio State University, Ohio, AS yang isinya memaparkan kecemerlangan AS dan dukungannya terhadap Israel. Kompas.com memuatnya secara mentah tanpa ada komentar apapun. Aapakah ini bentuk dukungan terhadap AS? Entahlah. Pada Rabu, 15 Agustus 2012 pukul 17.00, koran menurunkan sebuah berita bertajuk “Demo Anti AS Macetkan Jalan Thamrin”. Pada intinya koran menuding ribuan demonstran yang turun ke jalan-jalan memperingati hari solidaritas internasional Palestina, atau kerap disebut Hari Al Quds, sebagai biang kerok kemacetan di jantung metropolitan. Koran menulis: “aksi unjuk rasa di Bundaran Hotel Indonesia … menyebabkan lalu lintas di jalan MH Thamrin macet parah. Hinggal pukul 16:30 WIB, kemacetan panjang terjadi khususnya dari arah Monas menuju kawasan Jalan Sudirman. Kompas hanya mengungkap separuh cerita. Ini yang mereka sembunyikan ke khalayak pembaca. Jika fakta itu menunjukkan rabun akut pada redaksi Kompas, paparan koran soal demonstrasi besar di depan Kedutaan Amerika Serikat kental dengan tudingan, prasangka dan propaganda.mKoran menulis: “Sebelum tiba di lokasi Bundaran HI, para pengunjuk rasa lebih dulu berunjuk rasa di Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat. Para demonstran tampak menyanyikan yel-yel bernada hujatan serta cacian kepada AS dan Israel. “Amerika musuh Islam, Amerika musuh Allah,” teriak pengunjuk rasa”. Kompas benar soal banjir hujatan di depan pintu gerbang Kedutaan Amerika. Yang koran sembunyikan adalah fakta bahwa hujatan itu punya konteks besar – dan reporter Kompas tahu soal ini.           

Israel? Kompas hanya tak punya nyali menuliskan isi orasi demonstran Hari Al Quds. Toh, fakta kebiadaban dan penjajahan Israel atas Palestina sudah sebanyak air lautan yang menampir pesisir pantai. Soalnya memang lagi-lagi prasangka. Koran seperti sengaja mendorong pembacanya tak bersimpati pada demonstrasi solidaritas Palestina dengan ‘mengaitkannya’ dengan soal-soal klise macam kemacetan di Bundaran HI. Adakah yang terakhir karena Kompas ingin menyembunyikan fakta kalau demonstran Al Quds sore itu menyuarakan penentangan keras terhadap rencana pembangunan gedung baru Kedutaan Amerika; yang berbarengan dengan rencana Kedutaan Amerika menghancurkan gedung bersejarah Perdana Menteri Sjahrir yang mereka okupasi diam-diam selama beberapa dekade?. Demonstrasi di depan Kedutaan Amerika sore itu jadi saksi betapa ribuan demonstran berebut menorehkan teken penentangan pada rencana Kedutaan Amerika. Ini kali pertama dalam sejarah penentangan itu dibubuhkan di selembar kain besar dan disaksikan banyak wartawan. Sayang, Kompas sama sekali tak menyebutkannya — walau sepatah kata!

Tampaknya sudah lengkap dosa kompas dan kompas.com. Maaf, tapi belum. Setelah beberapa realitas di atas, saya akan membeberkan bagaimana Kompas dan Kompas.com tak simpatik dengan Islam, seperti dogma Kristen dan Katolik. Kompas sering diplesetkan dengan Komando Pastor. Tentulah ada dasarnya. Ketika surat kabar ini didirikan, situasi menuntut jika dimana tiap-tiap surat kabar mempunai afiliasi politik menghaaruskan Kompas memiliki afiliasi politik juga. Maka Kompas berafiliasi dengan partai Katolik karena Jakob Oetama adalah tokoh Katolik. Meski Kompas berusaha meminimalisir kesan sebagai media non Islam yang ‘memusuhi’ Islam, nampaknya sulit menghilangkan label yang entah sejak kapan terlanjur melekat. Secara sosio-psikologis sebenarnya Kompas sama saja dengan Koran Tempo, Rakyat Merdeka, Suara Merdeka, Media Indonesia, Jawa Pos dan sebagainya. Jika kemarahan umat Islam lebih sering tertuju pada koran yang dipimpin Jacob Oetama ini, tentulah bukan karena terbesar tirasnya, sehingga terbesar pula pengaruhnya dibanding koran-koran lain. Tetapi, “ideologis” Kompas memang sulit diingkari, lebih sering menyerang rasa keadilan dan menyayat hati umat Islam. Diskriminatif. Dalam kasus eksekusi mati Tibo dkk, misalnya, Kompas hampir seratus persen menjadi corong bagi mereka yang menolak eksekusi mati terhadap Tibo dkk, sebagaimana tercermin melalui berbagai opini yang dipublikasikannya. Dalam pemberitaan, Kompas hampir tidak pernah memberikan ruang bagi mereka yang pro eksekusi mati Tibo dkk. Padahal, sudah jelas Tibo dkk membunuh ratusan santri ponpes Walisongo, Poso, dengan tangannya sendiri. Dalam hal Tibo dkk hanyalah wayang yang dimainkan aktor intelektual, itu lain persoalan. Yang jelas secara pidana Tibo dkk memang terbukti membantai ratusan orang. Keberpihakan terhadap mereka yang kontra eksekusi mati Tibo, menunjukkan bahwa sebagai media nasional Kompas tidak punya hati nurani. Kompas bukan saja mengabaikan amanat hati nurani rakyat yang menjadi mottonya, tetapi juga telah melukai rasa keadilan umat Islam. Pembantaian terhadap umat Islam di Ambon dan Poso, justru digerakkan dan diberkati oleh Gereja, karena umat Nasrani di sana merasa sebagai pihak mayoritas. Menjelang eksekusi mati terhadap dirinya, Tibo mengungkapkan Majelis Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST), pimpinan pendeta Damanik, yang berpusat di Tentena ini, terlibat dalam pembantaian umat Islam Poso.

Contoh lain, dalam kasus pro-kontra RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP). Kompas jelas-jelas mengambil posisi kontra RUU-APP. Berbagai pemberitaan yang berkenaan dengan itu memperlihatkan dengan jelas bahwa Kompas diskriminatif. Opini yang ditampilkan juga berpihak. Misalnya, Kompas edisi 29 Maret 2006 menampilkan opini Siswono Yudhohusodho berjudul Negara dan Keberagaman Budaya. Siswono yang pada intinya menolak RUU APP karena menganggapnya salah satu produk hukum yang sangat beraroma Syari’at Islam. Menurut Siswono, “sebagai konsekuensi negara kesatuan (unitarian) yang menempatkan seluruh wilayah negara sebagai kesatuan tunggal ruang hidup bangsa, sebuah RUU juga harus didrop bila ada satu saja daerah yang menyatakan menolaknya karena tidak cocok dengan adat istiadat dan budaya setempat. RUU APP sudah ditolak di Bali dan Papua”. Argumen Siswono jelas terlihat dungu. Ia tidak saja mengabaikan konsep demokrasi, tetapi mendorong munculnya tirani minoritas atas mayoritas. Bukankah Bali dan Papua minoritas? Melalui opininya itu, Siswono melalui sengaja menekankan supaya umat Islam yang mayoritas bila hendak membuat aturan bagi umat Islam, harus terlebih dulu meminta persetujuan masyarakat Bali dan Papua. Bila mereka menolak, berarti aturan itu harus juga ditolak sebagai konsekuensi dari konsep unitarian (negara kesatuan). Sebaliknya, bila orang Papua mau berkoteka, atau bila umat Hindu Bali mau menjalankan ritual musyriknya serta memaksakan penerapan ‘syariat’ Hindu kepada non Hindu di Bali, itu harus didukung dalam rangka melestarikan keluruhan budaya bangsa. Logika dungu seperti itu, dipublikasikan Kompas, tentu bukan tanpa maksud. Tidak bisa disalahkan bila ada yang menafsirkan hal itu dilakukan Kompas dalam rangka memprovokasi umat Islam. Patut juga dipertanyakan, apa kualifikasi yang dimiliki Siswono sehingga gagasan dan logika dungunya layak ditampilkan di Kompas, dan dalam rangka mewakili kalangan siapa?

Ketika wacana Perda Syari’at mengemuka, Kompas lagi-lagi menempati posisi strategisnya, yaitu menolak! Dalam kaitan ini, Kompas mempublikasikan argumen dan logika dungu untuk memprovokasi, kali ini dengan menampilkan Eros Djarot, yang tidak jelas apa kualifikasi yang dimilikinya sehingga ditampilkan sebagai salah satu suara yang layak didengar. Kemudia ada kasus Senang yang menggegerkan, yang disebut-sebut Zainuddin M.Z. adalah sebuah peristiwa susulan setelah Monitor memuat angket. Majalah Senang, yang berada di bawah payung Gramedia–yang notabene dalam supervisi Wendo–dinilai memuat gambar yang memvisualkan Nabi Muhammad dalam rubriknya, Ketok Magic. Sebelum reaksi membesar, Jakob Oetama buru-buru menutup Senang. Apa boleh buat, telunjuk-telunjuk marah tak serta merta melipat, malah justru makin diacung-acungkan ke Gramedia. Tak sebatas dimaki. Gramedia pun dituding telah melakukan konspirasi ideologis untuk menghina Islam. Kemudian ada Ariel Heryanto dalam salah satu tulisannya berjudul Nadine, pada Kompas Minggu 30 Juli 2006, menyuarakan sikap anti Arab, seolah-olah istilah Arab digunakan untuk gagah-gagahan sebagaimana orang dungu menggunakan istilah asing (bahasa Inggris) supaya terkesan keren. Ariel menulis, “dulu istilah-istilah asing itu sering dipakai pada saat tidak diperlukan. Istilah itu sengaja dipilih pemakainya justru karena banyak yang tidak paham, supaya tampak keren atau hebat. Mirip istilah Arab yang sekarang mulai bertebaran dan naik pamornya di Indonesia. Atau istilah Sansekerta di zaman Orde Baru”. Aneh, tudingan bahwa terjadi Arabisasi atau Islamisasi atas sejumlah Perda Anti Maksiat yang diproduksi daerah tertentu melalui mekanisme demokrasi sekuler, jelas memutarbalikkan fakta. Tidak sekadar memutarbalikkan fakta, isu Islamisasi dan Arabisasi sengaja diluncurkan untuk menutupi keadaan sebenarnya, yaitu gencarnya westernisasi dan yahudiisasi terhadap banyak segi kehidupan rakyat Indonesia.

Then, apa bagaimana dengan pemberitaan timpang yang memperlihatkan pro Dahlan Iskan dan anti Anas Urbaningrum?. Dahlan Iskan adalah orang yang sangat dekat dengan Jakob Oetama. Mereka berdua adalah pemilik dua media terbesar negeri ini. Bahkan ketika Dahlan menjadi menteri, Jakob dengan mantapnya mengatakan jika ia akan menjadi orang pertama yang akan menyokong Dahlan. Hingga saat ini, saya sangat jarang membaca ada berita dari Kompas yang memojokkan seorang Dahlan Iskan, sama halnya ketika Kompas memberikan kabar kasus orang lain. Apa yang diberitaka oleh Kompas terhadap Dahlan, keseluruhannya bisa dikatakan sangat mendukung apa saja yang dilakukan Dahlan. Bahkan acapkali memuji-muji perilaku dan karakter individu Dahlan Iskan sebagai seorang yang sangat baik. Anda bisa melihat sendiri dalam kompas.com bagaimana pemberitaan tentang Dahlan sangat banyak, melebihi porsi pembahasan berita yang lain. Aneh. Saya bahkan kesulitan mencari berita di kompas.com yang isinya menjelekkan Dahlan Iskan, atau minimal mengkritisi kebijakannya. Tidak percaya? Silahkan Anda cek sendri dengan mata kepala Anda. Dahlan adalah teman akrab Jakob, pemilik Kompas. Itu adalah modal pertama. Yang kedua, kedua tokoh ini sangat pro Amerika. Sudah bukan rahasia umum lagi jika media-media seperti Kompas, Koran Tempo, Rakyat Merdeka, Suara Merdeka, Media Indonesia, Jawa Pos berafiliasi ke AS. Anda bisa melihat kisah perjalanan mereka kalau tidak percaya. Bahkan ketika ada kebocoran data wikilieaks, pernah terungkap jika AS mendanai pembiayaan operasional media-media tersebut sebagai “teropong” mereka di Indonesia. Luar biasa. Bagaimana dengan Anas? Dia adalah golongan kuat tokoh Muslim di era sekarang. Seperti uraian di atas, jika agenda kompas adalah adalah agenda AS yang kontra umat Muslim dan agenda para ortodokers gereja, maka bisa dipastikan jika Anas menjadi blacklist mereka. Sama halnya dengan Cak Nur, Amin Rais, dan para tokoh muslim Indonesia yang dianggap akan menjadi representasi kebangkitan umat Muslim di Indonesia. Dan berita mengenai Anas yang sangat santer dibeberkan oleh Kompas dan Kompas.com, sangat mengindikasikannya. Tak ada pemberitaan yang berimbang mengenai Anas. Pernahkah kompas / kompas.com mengulas sosok Anas seperti halnya mereka mengulas Dahlan Iskan?? Saya tak menemukannya. Anas dijelek-jelekan dengan bukti-bukti yang absurd, kompas dan kompas.com selalu membahas kejelekan Anas, tapi tak mencantumkan sumber yang jelas dan data yang valid. Semuanya serba opini tendensius, bahkan mereka mengacuhkan bukti, saksi dan fakta hukum di pengadilan. Heran, mengapa kompas dan kompas.com berbuat demikian? Apakah mereka sudah kehilangan jati diri mereka sebagai media yang putih? seperti slogan mereka yang menyatakan bahwa Kompas adalah media paling terpercaya di Indonesia. Entahlah. Saya bukan penganut agama yang fanatis, saya hanya merasa prihatin dengan kompas. Dan satu hal lagi, ini hanya opini, bukan kebenaran yang hakiki. Jikalau kompasiana tak berkenan dan memblokir akun ini, maka itu semakin memperlihatkan bahwa kebebasan berpendapat sudah mati. Sekian, wassalam.

 

Melihat kecenderungan media-media mainstream yang sepertinya ingin menggiring opini muslim ke arah yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam sejati, aku memutuskan untuk TIDAK LAGI MENJADIKAN MEDIA MAINSTREAM SEBAGAI RUJUKAN. Aku tidak mau dipengaruhi dengan cara apapun baik terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Lebih baik membaca berita dari media Islam saja, lebih aman. Berikut daftar media Islam yang kredibel menurutku:

 

1. Voa Islam

Media Islam yang ini cenderung keras dan tegas, tapi sangat memihak kepentingan umat Islam dan menyajikan berita yang kadang luput oleh media mainstream. Sudah tersedia dalam aplikasi android, twitter, maupun RSS.

 

2. Eramuslim

Sudah mobile dan tersedia dalam twitter serta aplikasi android meskipun tidak resmi. Banyak menampilkan kajian Islami dan berita Islam mancanegara.

 

3. Suara Islam

Salah satu media Islam yang  tersedia dalam versi mobile dan menyajikan berita nasional, internasional, serta konsultasi dengan unsur Islami. Juga ada dalam versi twitter.

 

4. Fimadani

Fimadani adalah media Islam dengan tampilan sederhana yang menampilkan berita dunia Islam, nasional, internasional, konsultasi, serta kajian Islami. Tersedia dalam android (tidak resmi) dan juga twitter.

 

Mungkin masih banyak media Islam diluar sana, tapi maklum aku masih nubie dan yang kuamati serta cukup bagus baru beberapa media itu. Daftar media ini akan aku update seiring bertambahnya media Islam yang kuamati.

Mudah-mudahan muslim Indonesia ke depannya bisa lebih meningkatkan kewaspadaan terhadap media mainstream karena tidak ada yang bisa menjamin apa agenda mereka yang tersembunyi dari mata Anda, yang mungkin bisa mempengaruhi opini Anda terhadap Islam. Seperti kata bang napi : waspadalah!

 

If you aren’t careful, the newspaper will have you hating the people who are being oppressed and loving the people who are doing the oppression – Malcolm X

 

Choose-to-Know-Stop-the-Misinformation-Profile-Picture-1

 

Baca Juga:

Kaskus Tidak Netral Lagi?

Ada Apa Antara Kaskus dan Islam?

Forum Ini Ternyata Bukan Untuk Muslim!

Play Victim : Cara Baru Melumpuhkan Islam

Ustadz Dipukul Pendeta, Kemana Media Kita?

Perlukah Membenci FPI?

Tidak Diminati Bali, Wisata Syariah Justru Eksis di Mancanegara

Jakarta Baru Semakin Menjauhi Islam? (Bagian 2)

Syariat Islam Ditolak, Perlukah Boikot Bali & Mahabharata?

Dibalik Politik Pencitraan Ala Jokowi

Jakarta Baru Semakin Menjauhi Islam?

INILAH AKIBATNYA JIKA NONMUSLIM MENJADI PEMIMPIN MUSLIM!

 

 

sumber :

http://archive.bisnis.com/articles/pilkada-putaran-ii-fatwa-mui-ganjal-pasangan-jakowi-ahok

http://politik.kompasiana.com/2012/11/03/agenda-dibalik-pemberitaan-tak-berimbang-kompascom-500367.html

http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2012/03/11/metro-tv-refleksi-media-liberal-yang-anti-islam/

http://www.arrahmah.com/read/2011/04/17/11929-diskriminasi-media-massa.html#sthash.N9xvE9Op.dpuf

http://kabarcepat.com/2013/01/17/banjir-jakarta-fpi-bakal-bagikan-pembalut-wanita

http://sekarsidan.wordpress.com/2011/09/26/nasib-umat-islam-pada-pemberitaan-ambon-versus-bom-solo/

3 thoughts on “Hare Gene Muslim Masih Percaya Media Mainstream?

  1. Sudah pasti metro tv anti islam, lihat saja berita mengenai islam selalu dikupas secara tajam, ada bom langsung getol dibicarakan teroris, ada perang suriah malah mendukung syiah yang notabene nya memang banyak tim redaksi metro yang bergama syiah atau sudah overdosis tengang syiah contohnya n*jwa sh*hab beserta keluarga besarnya, terlebih lagi ayahnya yang “ahli tafsir” yang beraroma syiah di setiap pembicaraannya.
    Dan yang lebih edan lagi, pemberitaan tentang pemerintahan yang selalu diserobot dengan berita lain dan selalu dialihkan, seolah2 ada berita yang lebih penting dibandingkan bertahannya negara ini dari gempuran asing yang “diundang” secara spesial oleh “presiden”.
    Lengkap sudah negara ini, ada liberal, syiah, koruptor, pelemahan hukum.
    Tunggu saja runtuhnya pondasi indonesia ini.

    Suka

  2. betul sekali, tak hanya media massanya tapi para tentara2 bayaran yg komen di media massa juga sangat intens dan kadang juga kata2nya tdk pantas dan memutar balikkan kata,,sehingga jika saya komen dengan bahasa yang santun sekalipun tapi isinya tdk disenangi mereka, maka serta merta mereka menyerang dan membully saya habis2an,,contoh di youtube,,karena saya orangnya tak suka dengan konflik ada beberapa komen terpaksa saya hapus demi menjaga kepala tetap dingin,,,moga bangsa kita cepat disadarakan …Amin ya Allah…

    Suka

Tinggalkan komentar