Jakarta Baru Semakin Menjauhi Islam?

Tak terasa sudah setahun jokohok memimpin dki. Meskipun didukung penuh dengan media-media mainstream dan rajin blusukan kemana-mana, tapi entah kenapa, ya, aku merasa tidak ada perubahan apa-apa dengan Jakarta? Macet ya masih macet, banjir ya masih banjir, mana tuh janji perubahannya? Mana tuh “Jakarta Baru” yang digadang-gadang selama ini?

Yang ada, aku justru merasa “Jakarta Baru” ini makin menjauhi nilai-nilai keislaman. Bukannya bermaksud SARA atau apa, tapi berdasarkan fakta-fakta yang nyata sebagai berikut:

 

1. Tidak Merekomendasikan Takbir Akbar di Jalan

Seperti kita tahu, pemerintahan yang baru ini sepakat untuk tidak merekomendasikan tabligh akbar yang menghalangi jalan pada Januari 2013.

 

FPI: Aneh, Jalanan Buat Ibadah Kok Dilarang
Headline
INILAH.COM, Jakarta – Front Pembela Islam (FPI), merasa aneh dengan sikap Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang melarang kegiatan ibadah dilakukan di ruang publik, karena sudah membuat resah masyarakat.

“Apa benar MUI keberatan dan ngadu ke Ahok. Ada yang aneh ini,” ujar Juru Bicara FPI, Munarman kepada INILAH.COM, Jakarta, Kamis (10/1/2013).

Menurutnya, ulama yang warotsatul anbiya atau mencintai Nabi Muhammad SAW, pasti mendukung kegiatan tabligh akbar tapi kalau ulama yang bukan, wajar anti tabligh.

“Lagi pula kenapa giliran jalan umum digunakan untuk kegiatan mubazir seperti hiburan dan maksiat waktu malam tahun baru menutup total jalan protokol, kok yang ngaku ulama enggak ngeluh ya,” jelasnya.

Munarman juga mengatakan masih tidak percaya dengan fatwa MUI tersebut. “Yang mengeluh itu sakit jiwa, mudah-mudahan berita ini utuh dan nyampe ke Syamsul Muarif,” tandasnya.[bay]

 

Padahal untuk malam muda-mudi, jokowi tidak merasa berat untuk menutup jalan.

 

Jadwal Buka Tutup Jalan di Jakarta Saat Malam Muda-Mudi

Liputan6.com, Jakarta : Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta akan menutup sejumlah ruas jalan selama pelaksanaan Jakarta Night Festival (JNF) atau Malam Muda-Mudi. Acara itu akan digelar tepat pada perayaan Ulang Tahun Jakarta ke-486 pada Sabtu (22/6/2013).”Terkait dengan penyelenggaraan malam muda-mudi besok, Dinas Perhubungan DKI bekerja sama dengan Ditlantas Polda Metro Jaya akan melakukan penutupan jalan,” kata Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta Udar Pristono di Jakarta, Jumat (21/6/2013).

Penutupan jalan tersebut, menurut Pristono, di antaranya dilakukan di Jalan MH Thamrin (mulai dari Bundaran Patung Kuda hingga Dukuh Atas) dan Jalan Medan Merdeka Selatan (dari depan Kedutaan Besar Amerika Serikat hingga Bundaran Patung Kuda).

Kemudian, sambung Pristono, penutupan juga dilakukan di Jalan Medan Merdeka Barat (mulai dari simpang Jalan Medan Merdeka utara hingga Bundaran Patung Kuda). “Karena itu, bagi pengendara yang akan melewati jalan tersebut, kami mengimbau agar mengambil jalur alternatif yang telah kami siapkan,” ujar Pristono.

Pristono menuturkan kendaraan yang datang dari arah selatan dapat melewati Jalan Galunggung atau Jalan Karet, Pasar Baru Timur. Sedangkan, bagi pengendara yang tiba dari arah utara agar melalui Jalan Ir Juanda atau Jalan Abdul Muis. “Penutupan jalan di sepanjang lokasi penyelenggaraan JNF tersebut akan dilakukan mulai dari pukul 18.00 hingga 02.00 WIB,” tutur Pristono.

Sementara itu, Pristono menambahkan untuk lokasi parkir pengunjung JNF diarahkan ke lapangan parkir IRTI di Monas, gedung-gedung parkir dan pelataran gedung-gedung di sepanjang area JNF.

JNF atau malam muda-mudi akan digelar di sepanjang Jalan MH Thamrin, mulai dari Bundaran Patung Kuda hingga Bundaran Hotel Indonesia (HI). Acara tersebut akan dimeriahkan dengan berbagai macam kegiatan hiburan, di antaranya panggung musik dan penampilan kesenian budaya daerah. (Ant/Ary/Yus)

 

Tidak habis pikir deh dengan kebijakan aneh ini. Kalau alasannya agar tidak menghalangi hajat hidup orang banyak, menutup jalan untuk malam muda-mudi justru SANGAT mengganggu orang! Sudah tahu Jakarta macet, eh, malam Minggu jalanan ditutup lagi! Aku masih ingat bagaimana susahnya untuk pulang ke rumah saat malam muda-mudi. Perlu tiga setengah jam untuk mencapai rumah! Terus apa manfaatnya malam muda-mudi ini? Kalau tabligh akbar kan lumayan masih banyak manfaatnya!

Kalau mau adil, jangan ada acara APAPUN yang menutup jalan, dong! Kok kesannya acara yang sekuler “diistimewakan” sementara acara Islami dilarang? Anak kecil pun tahu kalau ini TIDAK ADIL! Tampak jelas sekali kalau peraturan ini ingin mendiskreditkan Islam. Yah, apa mau dikata, kalau pemerintahnya juga bukan muslim, ya begini jadinya…

Ini buah pilihan kalian yang sangat “modern” dan bernuansa “Bhinneka” itu, muslim Jakarta! Enak, nggak?

 

2. Imbauan untuk Tidak Melakukan Takbir Keliling

Untuk pertama kalinya di Jakarta ada imbauan dari gubernur untuk tidak melakukan takbir keliling saat lebaran 2013, padahal Jakarta dihuni oleh mayoritas muslim. Anehnya, takbir keliling ditiadakan tapi acara musik seperti konser metallica justru didukung penuh oleh gubernur.

Jokowi Larang Takbir Keliling, Tapi Tidak Untuk Konser Metallica

“Saya puaaas.” Dua kata itulah yang dikatakan Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) kepada wartawan begitu keluar dari stadion GBK setelah menyaksikan konser Metallica, Minggu (25/8/2013) sekitar pukul 22.45 WIB.Jokowi puas karena sejumlah lagu favoritnya dibawakan band asal California itu dalam konser yang dipadati puluhan ribu fans fanatik.

“Beberapa lagu kesukaan saya dibawain sama Metallica, pokoknya senang,” tutur Jokowi yang datang dengan berkaos hitam Metallica ini.

Jokowi mengaku bukan kali ini saja menyaksikan penampilan Lars Ulrich cs. Tahun 1993, saat band metal ini tampil di Stadion Lebak Bulus, Jokowi menjadi salah satu penontonnya. Hal itu dilakukan Politikus PDI Perjuangan ini demi kecintaannya kepada Metallica.

Maka tak heran, Jokowi ikut mengajak para koleganya seperti Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, mantan Gubernur Aceh Irwandi Yusuf, dan mantan calon wakil gubernur Jawa Barat Teten Masduki.

Tentu antusiasme Jokowi berbeda dengan takbir keliling yang hendak dilakukan warga Muslim Jakarta, bulan lalu. Jokowi secara tegas melarang warganya untuk ikut takbir keliling. Larangan Jokowi terasa aneh karena dalam sejarah gubernur DKI dan mungkin gubernur se Indonesia, hanya dia satu-satunya Gubernur yang melarang takbir keliling.

“Kita mengimbau masyarakat agar takbirannya di masjid-masjid saja. Tidak usah keliling, tidak usah konvoi,” ungkap Jokowi.

Karena itu, kata Jokowi, bila ada warga yang tetap mengadakan malam takbiran dengan keliling dan konvoi, mereka akan segera diamankan pihak kepolisian.

“Urusannya para kepolisian. Tapi cukup berbahaya jika dibiarkan tarawih konvoi dan keliling kota memadati ruas-ruas jalan tertentu. Selama ini, takbiran umumnya diadakan dengan menyusuri jalan raya sembari bernyanyi.”

Padahal apa dosa melakukan takbir keliling? Tidak ada. Warga hanya mengapresiasikan dirinya dalam Syiar keagaamaan dalam menyambut hari kemenangan umat Islam. Mereka tidak membawa bir dan menenggak alkohol. Berbeda dengan konser Metallica sebagaimana dilaporkan wartawan Kompas TV (25/8) yang mencium bau alkohol di sekitar tempat konser. Wajar saja, karena salah satu permintaan khusus Metallica kepada panitia adalah disediakannya bir lokal bagi para personil Metallica.

Takbir keliling jelas ada landasan syar’inya. Dalam pandangan Islam, kegiatan ini bagian dari syiar Islam yang mengagungkan ketaqwaan. Berbeda dengan konser Metalica yang tidak berdampak pada ketakwaan warga Jakarta. Tidak ada penelitian yang mengatakan pasca konser Metallica diadakan angka kejahatan tiba-tiba menurun.

Maka, seharusnya Jokowi sadar. Sebagai gubernur di provinsi yang mayoritas warganya muslim, jangan sampai mengambil langkah-langkah yang menyinggung perasaan umat Islam. Apalagi di satu sisi menekan syiar keIslaman, tapi di sisi lain mengakomodir syiar kejahiliyahan.

 

Baru tahu kalau ternyata bagi pak gubernur, konser metallica jauh lebih baik dari takbir keliling…

 

3. Menempatkan Lurah Nonmuslim Yang Ditolak Oleh Warga Mayoritas Muslim

Berita ini masih hot karena penolakan juga masih berlangsung.

 

Warga Lenteng Agung : Harga Mati, Lurah Susan Harus Diganti!

 

Jakarta (SI Online) – Tekad warga Kelurahan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, untuk menolak lurah Susan telah bulat.Tak ada tawar menawar dalam hal ini.

“Harga mati, lurah harus ganti. Itu harapan warga,” kata seorang tokoh Lenteng Agung Ustad Sholihin Ilyas dalam konferensi pers yang digelar Forum Umat Islam (FUI) di kawasan Mampang, Jakarta Selatan, Kamis (3/10/2013).

FUI sebagai aliansi orman-ormas Islam melakukan advokasi terhadap warga Muslim Lenteng Agung supaya aspirasi mereka diperhatikan oleh pemerintah daerah DKI Jakarta. Selain tokoh masyarakat Lenteng Agung, hadir dalam konferensi pers tersebut sejumlah ulama “Macan Betawi” seperti KH Abdul Rasyid AS, KH Fachrurozy Ishaq dan KH A Cholil Ridwan. Tokoh majelis taklim Lenteng Agung Hj Kholillah AB dan Ketua Umum Forsap Hj Nurdiati Akma juga turut serta.

Ustad Sholihin melanjutkan, upaya warga untuk menyampaikan aspirasinya akan dilakukan dengan berbagai cara.

“Dengan berbagai cara kami punya banyak cara untuk menyampaikan aspirasi kami. Semua warga Lenteng Agung berikrar harga mati, tak bisa ditawar lurah Susan harus turun dari jabatannya,” ungkapnya.

red: shodiq ramadhan

 

Meski demo berlangsung terus-menerus, tapi pemprov seperti tuli oleh aspirasi umat Islam. Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi yang berusaha memberikan saran justru dilecehkan dengan sangat arogan oleh ahok.

 

Sekjen FUI : Demi Bela Susan, Ahok Berani Ngelunjak kepada Mendagri

 

Jakarta (SI Online) – “Entah Ahok ini mengidap penyakit apa sehingga begitu nekad hanya gara-gara membela lurah Susan yang ditolak masyarakat Lenteng Agung dia begitu lancang dan berani ngelunjak kepada pejabat yang seharusnya dipandang atasannya yaitu menteri dalam negeri Gamawan Fauzi, padahal Gamawan tidak menyerang Ahok hanya memberikan saran yang normatif saja sebagai pejabat tinggi dalam pemerintahan yaitu memberikan saran agar pemda DKI mengevaluasi kembali kebijakan penempatan lurah Susan yang ditolak warga Lenteng Agung, namun Ahok dengn sengit menyerangnya dengan kalimat : Mendagri agar belajar konstitusi,” demikian dikatakan Sekjen Forum Umat Islam (FUI) KH Muhammad al Khaththat kepada Suara Islam Online, Kamis (3/10/2013).

Tentu saja ini jadi polemik yang ramai karena ada pejabat yang diberi saran atasan malah meradang dan melawan. Sikap arogan, ngelunjak, dan tidak etis inilah yang disesalkan oleh Sekjen FUI.

KH Muhammad al Khaththat didampingi sesepuh ulama Betawi pimpinan Perguruan As Syafi’iyyah KH. Abul Rasyid AS, Ketua MUI KH Ahmad Cholil Ridwan, dan KH Fachrurazi Ishaq mengadakan jumpa pers setelah mendengar ungkapan dan aduan dari sekitar 2 mobil perwakilan warga.

Ketiga macan Betawi tersebut turun bersama Sekjen FUI memberikan advokasi kepada aspirasi masyarakat Kelurahan Lenteng Agung yang merasa resah dengan penempatan Lurah Susan oleh Ahok melalui mekanisme Lelang Jabatan. Warga resah karena ternyata lelang jabatan hanya sekedar cover untuk menempatkan para pendukung Ahok dalam memenangkan pilkada melawan Foke. Dikabarkan Lurah Susan adalah seorang staf Kelurahan Senen yang menjadi salah seorang anggota Timses Jokowi Ahok.

Keresahan warga masyarakat Kelurahan Lenteng Agung yang 99,99 persen muslim karena selama puluhan bahkan ratusan tahun warga Lenteng Agung tidak pernah dipimpin lurah yang non muslim. Memang secara sosio kultural akan kerepotan siapapun pemimpin non muslim di Lenteng Agung yang punya 22 Masjid, 58 Musholla dan ratusan majelis taklim. Dan tradisi Betawi yang kental dengan ajaran Islam yang sudah jadi budaya masyarakat. Dalam even apapun masyarakat Betawi tidak akan lepas dengan ratiban, maulid, burdah, dan tahlil. Dan itu biasanya lurah menjadi tamu kehormatan.

Oleh karena itu, Sekjen FUI menyesalkan sikap Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang telah telah arogan terhadap aspirasi masyarakat. Bukan hanya itu, ucapan Ahok kepada Mendagri supaya belajar konstitusi dinilainya sebagai tindakan pelecehan.

“Menyesalkan sikap Wagub Basuki “Ahok” Tjahaha Purnama yang sangat arogan melecehkan aspirasi warga Kelurahan Lenteng Agung dan bersikap sangat tidak etis kepada Mendagri Gamawan Fauzi dengan kalimat yang sangat melecehkan yakni agar Mendagri belajar kembali konstitusi,” kata ustadz al Khaththath.

 

Warga Lebih faham Konstitusi daripada Ahok

Dalam konferensi pers tersebut juga bicara perwakilan warga Haji Nasri Nashrullah dan KH. Solihin Ilyas yang mengatakan bahwa Harga Mati Lurah Susan harus diganti!

Dan ternyata warga yang dilecehkan Ahok selama ini tampaknya lebih faham konstitusi daripada Ahok. Haji Nasri sebagai perwakilan warga mengatakan bahwa kebijakan lelang jabatan dengan memaksakan Susan ke Lenteng Agung tidak bisa diterima. Sebab melanggar proporsionalitas. Haji Nasri mengatakan bahwa dalam UU No 28 tahun 99 butir 5 tentang penyelenggaraan pemerintahan pemerintahan dijalankan dengan menganut asas proporsionalitas dan salah satu faktor dari proporsionalitas adalah agama.

Lalu Haji Nasri mengutip kabar bahwa di Bali, seorang Cagub yang beragama Hindu saja ditolak hanya karena sering pakai peci dan istrinya seorang muslimah. Di Papua ada UU otsus yang melarang pimpinan pemerintahan di luar orang papua. Dan mana ada di kota Kupang, Menado, apalagi Los Angeles (LA), mana ada muslim jadi kepala pemerintahan.. umat islam juga tidak protes. Termasuk Masjid di Groud Zero yang diprotes warga Manhattan. Umat islam yang maklum aja. Kenapa Ahok kok ngotot?

“Wah-wah-wah kayaknya Ahok lah yang harus belajar klonstitusi bukan Mendagri. Makanya Ahok jangan sok..” ujar Sekjen FUI.

 

Baru didukung media (yang bisa jadi dibayar) serta fans fanatik di internet (yang mungkin anggota dari buzzer bayarannya),  sudah merasa sebagai penguasa dunia yang tak terkalahkan.  Dia lupa kali kalau jabatannya itu milik rakyat dan bisa ditarik kapan saja rakyat mau kalau dia tidak menghormati rakyatnya. Demokrasi itu “dari, oleh, dan untuk rakyat” bukan “dari rakyat, oleh saya, untuk golongan saya”. Ingat, lo, kesombongan itu tidak ada yang bertahan lama! Atau jangan-jangan ada yang terselubung di balik kengototannya ini?

 

KH Fahrurrozi: ‘Ada Agenda Terselubung dalam Lelang Jabatan Lurah di Jakarta’

 

kh fahrurrozi ishaq-jpeg.image

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Belum lama menjabat sebagai Lurah Lenteng Agung, Susan Jasmine Zulkifli sudah menuai kontroversi. Melalui lelang jabatan lurah yang diselenggarakan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta, pada Juli 2013 Susan yang non-Muslim menduduki jabatan tertinggi di kelurahan yang mayoritas warganya Muslim.

Selama ini yang ngotot membela lurah Susan adalah wakil gubernur Ahok. Ia tak segan-segan melawan siapapun yang memprotes keputusannya, bahkan usulan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi untuk mengevaluasi penempatan lurah Susan ia lawan. Dengan sombong Ahok mengatakan bahwa mendagri harus belajar konstitusi lagi.

Tokoh ulama Betawi KH Fahrurrozi Ishaq menilai ada agenda terselubung dalam lelang jabatan lurah di Jakarta yang saat ini dijalankan oleh Gubernur dan Wakil Gubernur DKI itu. Menurutnya, kebijakan menempatkan lurah Kristen melalui lelang jabatan tersebut merupakan agenda terselubung kristenisasi.

“Saya sudah melihat dari awal ketika ada pelelangan lurah, bahwasanya Jokowi dan Ahok sudah menempatkan orang-orang non-Islam di posisi penting tapi dengan cara lelang, padahal orang itu sudah disiapkan oleh dia, lelang itu strategi dia,” ujar Kiai Ishaq saat konferensi pers Forum Umat Islam (FUI) mendukung warga Lenteng Agung yang menolak Lurah Susan, Kamis (3/9/2013) di Jakarta.

“Sebentar lagi sekolah-sekolah, nanti kepala sekolah SD, SMP, SMA akan dipegang oleh orang-orang kristen,” tambahnya.

“Kalau itu terjadi, saya akan berada di barisan paling depan untuk melawan itu semua,” tegas ulama betawi ini.

Terkait soal keyakinan Susan, sebelumnya seorang tokoh masyarakat Lenteng Agung, Akmal, mengatakan kini di kantor kelurahan tak ada lagi ucapan “Assalamu’alaikum”. Yang ada, kata Akmal, berdasarkan informasi yang ia dapat dari staf keluarahan, adalah ucapan “selamat pagi, selamat siang dan selamat sore”. (Suara Islam Online)

 

Dan sepertinya keyakinan Ulama ini ada benarnya, karena jokohok kembali mengadakan lelang jabatan untuk posisi kepala sekolah, bahkan ada kecurangan yang terungkap!

 

Akal-akalan Lelang Jabatan Kepsek, ternyata Soal Ujiannya Diduga Bocor

Jakarta (SI Online) – Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGSI), dan Forum Musyawarah Guru Jakarta (FMGJ) menduga ada kebocoran soal tes lelang jabatan Kepsek soal yang diujikan pada 13-14 Desember 2013.Dugaan organisasi-organisasi guru disampaikan setelah mereka menerima aduan dari para pelapor bahwa telah terjadi pelatihan di Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP).

“Oknum pejabat LPMP diduga membekali dan melatih soal terkait lelang jabatan kepada 180 kepala sekolah yang sedang menjabat. Diduga kuat, soal yang dilatihkan juga dibekali dengan jawaban yang benar dan diindikasi bahwa soal yang dilatih sama dengan soal yang diujikan saat tes berlangsung pada 13-14 Desember 2013,” kata Sekjen FSGI Retno Listyarti usai bertemu Gubernur DKI Jakarta di Balaikota, Senin (16/12/2013).

Sementara Presidium FSGI Guntur Ismail, menyatakan pelatihan tersebut diketahui oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta yang disebutnya menunjukkan keberpihakan LPMP DKI Jakarta terhadap para kepala sekolah yang tergabung dalam wadah Musyawarah Kepala-kepala Sekolah (MKKS) DKI Jakarta.

“Sebagai lembaga penjamin mutu yang merupakan wakil pemerintah pusat di daerah, seharusnya LPMP mendukung kebijakan lelang Pemprov DKI Jakarta sebagai upaya meningkatkan mutu pendidikan DKI Jakarta dan bukan penghambat upaya peningkatan mutu pendidikan,” kata Guntur.

 

Waktu Ujian Dipotong

Sementara Ketua FGMJ Heru Purnomo mengatakan para peserta lelang jabatan Kepsek mengeluhkan durasi waktu yang dikurangi panitia pelaksana di lapangan.

Durasi tes dalam website resmi pemerintah provinsi DKI Jakarta tercantum 90 menit, tetapi pada praktiknya peserta hanya diberi waktu 60 menit dengan jumlah soal yang wajib dikerjakan 75 soal, kata dia.

“Artinya satu soal harus dikerjakan kurang dari satu menit, sementara soal yang harus dikerjakan adalah soal yang berdurasi panjang untuk dibaca dan dijawab,”lanjut Heru.

Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo mengaku akan menindaklanjuti laporan dugaan kecurangan tersebut. “Pak Gubernur tadi mengatakan akan menindaklanjuti, Beliau akan segera memeriksa kasus ini,” kata Retno.

Sebelumnya, tokoh ulama Betawi KH Fachrurozy Ishak mensinyalir lelang jabatan Kepsek ini akan digunakan Ahok untuk melakukan Kristenisasi kepala sekolah. Sebelumnya, lelang jabatan lurah dan camat dengan modus yang sama juga digunakan untuk memasukkan pejabat non Muslim dan anggota tim sukses Jokowi-Ahok ke pemerintahan.

 

4. Membongkar Masjid Tanpa Ragu

Pemerintahan “Jakarta Baru” ini juga sudah membongkar dua masjid tanpa berkonsultasi dengan masyarakat setempat. Salah satunya bahkan termasuk masjid bersejarah! Ini sih keterlaluan!

 

Inilah Protes Umat Islam Pada Ahok yang Bongkar Masjid Baitul Arif

JAKARTA (voa-islam.com) – Warga sekitar Masjid Baitul Arif menyesalkan tindakan pembongkaran masjid tanpa musyawarah. Salah seorang jamaah masjid kepada voa-islam, Taufan Maulamin, menyesalkan tindakan tersebut. Ia pun membuat surat terbuka atas keprihatinannya kepada Gubernur DKI.

“Walikota Jakarta Timur telah melakukan pembongkaran Masjid Baitul Arif tanpa musyawarah dengan tokoh, alim Ulama dan jamaah Masjid Baitul Arif, RW 1 Kelurahan Kampung Melayu. Sudah 15 hari shalat 5 Waktu dan 2 kali Jumat tidak dapat dilakukan,” tulis Taufan.

Meski lokasi dan tanah masjid adalah milik Pemda DKI, kata Taufan, namun seyogianya Pemda tidak melupakan masjid adalah baitullah yang sangat dimuliakan oleh semua Muslim. Karenanya, mestinya hal itu dilakukan dengan santun dan beradab.

Taufan juga mengingatkan akan wilayah Jatinegara. “Jatinegara merupakan kawasan Muslim yang sangat taat dan sangat fanatik sejak zaman penjajahan, banyak tokoh, alim ulama dan masyarakat Muslim merasa tersinggung dan menyayangkan tindakan tersebut,” kata Taufan.

FUI Protes

Sementara itu, aktivis Forum Umat Islam (FUI) Jakarta Bernard Abdul Jabbar menegaskan, tindakan pemerintah provinsi DKI Jakarta membongkar Masjid Baitul Arif di Jatinegara dinilai sebagai tindakan arogansi yang melecehkan urusan agama.

Menurut Bernard, Pemda DKI dalam hal ini Wakil Gubernur, Basuki Tjahja Purnama (Ahok) sebagai pihak yang keras memerintahkan pembongkaran harus paham, shalat umat Islam tidak boleh terhenti, dan seharusnya disediakan dulu tempat penggantinya jika memang harus dibongkar.

“Ahok jangan arogan, padahal dalam agamanya sendiri diajarkan untuk menghormati agama orang lain. Karena pegang kekuasaan dia jadi membabi buta melawan masyakarat muslim. Seharusnya gereja-gereja liar yang ia bongkar. Apa dia ga tau banyak gereja seperti di Jelambar, Kemayoran dan lain-lain yang berdiri tanpa ijin? Kenapa urusan gereja liar dia diam, tapi nyaring kalo bicara masjid?” ungkap Bernard.

Belajar dari Medan, Sumatera Utara, Masjid Al Ikhlas pernah dibongkar oleh Kodam I/BB dikarenakan telah ditukar guling dengan pihak pengembang. Umat Islam, dimotori oleh FUI-Sumatera Utara protes dan menuntut agar dibangun kembali di lokasi semula. Setahun lebih umat Islam shalat Jum’at di Jl. Timor Medan sebagai upaya perjuangan.

“Alhamdulillah, pada tgl 15 Mei 2012 Masjid Al Ikhlas yang dirobohkan pada 4 Mei 2011, dibangun kembali. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Pangdam I/BB Mayjend Lodwijk F. Paulus (muallaf). Bahwa Masjid adalah Rumah Ibadah dan simbol bagi umat Islam, dilindungi oleh UUD 1945 yang dituangkan di dalam UU No. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf. Di mana  prosedur pembongkaran Masjid harus mendapat persetujuan (izin) dari Menteri Agama. Kenapa Mesjid Al Barokah dibongkar umat Islam Jakarta diam saja?” Demikian dikatakan FUI – SU, Ustadz Sudirman Timsar Zubir prihatin.[desastian]

Kini Giliran Masjid Bersejarah yang Dibongkar oleh Pemprov DKI “Jokowi-Ahok”

Masjid Amir Hamzah dibongkar (Fahmi/Okezone)dakwatuna.com – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI membongkar Masjid Amir Hamzah di Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat. Masjid yang cukup bersejarah itu dibangun sejak Gubenur DKI Ali Sadikin.“Masjid tersebut ingin dibuat Gedung Fakultas Film IKJ dan taman,” kata seorang karyawan Institut Kesenian Jakarta (IKJ) yang enggan disebutkan namanya, di lokasi, (16/10/2013), sebagaimana yang dilansir Okezone.Pembongkaran masjid tersebut kata dia sangat disesalkan oleh masyarakat sekitar.

“Iya kita sayangkan saja, kok bisa dibongkar padahal masjid ini sudah lama berdiri dan dibangun sejak era Ali Sadikin,” paparnya.

Masyarakat dan mahasiswa yang ingin melaksanakan shalat, untuk sementara dipindahkan di dalam basement yang terletak tidak jauh dari lokasi pembongkaran masjid.

Sebuah papan nama dari Pemprov DKI Dinas Pariwisata dan Kebudayaan terpasang tidak jauh dari lokasi, demikian seperti laporan Okezone.

Papan yang bercat kuning itu bertuliskan Kegiatan Lanjutan Penataan PKJ Taman Ismail Marzuki.

Sebelumnya, Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta “Jokowi-Ahok” juga pernah membongkar masjid, yaitu Masjid Baitul Arif yang dibongkar karena alasan pembangunan Rumah Susun (Rusun) Jatinegara. Masjid tersebut dibongkar oleh Jokowi-Ahok tanpa koordinasi dengan masyarakat sekitarnya. (sus/okezone/dakwatuna/hdn)

Jadi bertanya-tanya, masjid Jakarta mana lagi yang akan dibongkar dengan berbagai alasan?

Namun anehnya, meskipun terkesan “gahar” saat berurusan dengan pembongkaran masjid, sikap pak wagub menjadi sama sekali berbeda saat TEMPAT IBADAH AGAMANYA SENDIRI  yang bermasalah…

 

Lahan Gereja Immanuel Dijual, Ahok Sebut yang Jual Gila

JAKARTA (SALAM-ONLINE): Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki T Purnama (Ahok) merasa geram atas dijualnya lahan gereja GPIB Immanuel seluas 2,1 hektar. Penjualan dilakukan oleh Majelis Sinode GIPB Immanuel kepada TNI AD. Padahal, menurut Ahok, gereja tersebut merupakan cagar budaya yang ditetapkan Pemprov DKI Jakarta.

“Persoalan muncul di saat majelis Sinode GIPB Immanuel menjual lahan seluas 2,1 hektar kepada TNI AD,” kata Basuki di Balaikota, Jumat (20/12), sebagaimana dikutip beritajakarta.

Dikatakan Basuki, Majelis Sinode merupakan perwakilan gereja se-Indonesia yang menjalankan amanat berdasarkan keputusan bersama.

Adapun lahan yang berada di belakang Gereja Immanuel telah dijual seharga Rp 3,7 juta per meter persegi dengan total sebesar Rp 78 miliar yang dibayarkan oleh PT Palace Hotel.

“Meskipun telah dijual, pihak TNI AD tetap tidak bisa membangun segala hal yang berbau komersial di lahan tersebut,” kata Basuki.

Basuki mengaku tidak habis pikir mengapa Majelis Sinode bisa  menjual lahan gereja tersebut. “Saya enggak tahu. Coba kamu tanya saja sama Sinode yang gila itu,” ungkapnya.

Begitulah, reaksi Ahok jika menyangkut gereja. Berbeda halnya saat masjid dibongkar. (beritajakarta/salam-online)

 

Yah, tentu saja pak wagub yang nonmuslim menggunakan DOUBLE STANDARD… Siapa suruh dulu termakan pencitraan media dan memilih pemimpin nonmuslim di wilayah mayoritas muslim?

 

5. Ingin Membangun Lagi Pusat Perzinahan

Ya, karena nonmuslim, wagub pun sepertinya tidak merasa perlu untuk menghormati ataupun menampung aspirasi orang Islam meskipun berjumlah mayoritas dan ingin kembali membangun lokasi perzinahan yang tadinya sudah ditutup Gubernur Sutiyoso dan diganti Islamic Center. Simak di bawah ini:

 

Ahok: Perlu Lokalisasi Pelacuran dan Indonesia Bukan Negara Agama

JAKARTA (voa-islam.com) – Ratusan Muslimah di Pangandaran mendatangi lokasi pelacuran di daerah pantai itu. Ibu-ibu memasuki setiap pintu kamar pelacur, dan membawa para pelacur keluar dari kamar mereka, dan menyerahkan kepada polisi.  Dinaikkan keatas truk. Mereka dibawah ke kantor polisi, dan selanjutnya di serahkan ke pembinaan panti sosial.

Ini reaksi Muslimah  di Pangandaran yang resah terhadap praktek pelacuran di Pangandaran. Mereka sangat terganggu, dan takut terhadap masa depan anak-anak mereka, bukan hanya dengan penyakit HIV, tetapi kerusakan moral akan akan meluas, dan menghancurkan kehidupan masa depan mereka.

Kesadaran Muslimah yang bersifat kolektif di daerah, terhadap ancaman riil  bagi kehidupan mereka secara massal. Sangat penting. Praktek pelacuran sudah menyebar di mana-mana.

Betapa, jika setiap Muslimah memiliki  kesadaran yang bersifat kolektif ini bersifat nosional, kemudian mereka membuat gerakan seperti Muslimah di Pangandaran,  pasti kehidupan akan semakin baik.

Muslimah di manapun  tidak lagi perlu menunggu kebijakan pemerintah yang akan ber tindak terhadap praktek pelacuran. Karena tidak semua pemimpin daerah memiliki kesadaran yang sama akan bahayanya praktek pelacuran ini terhadap kehidupan. Banyak para pemimin daerah yang membiarkan praktek asusila, dan dijadikan objek pemasukan pendapatan  daearah (PAD).

Apalagi pelacuran di era sekarang ini sudah menjadi industri. Ada perusahaan yang notabene usahanya dibidang penyedia pelacur. Dengan pelanggaan yang sangat luas. Memiliki sindikasi jaringan skala nasional dan internasional. Melibatkan pejabat, politisi,  dan termasuk penegak hukum. Tidak heran, memberantas praktek pelacuran begitu sangat sulit.

Tentu semua itu tergantung dari kemauan baik politik (political will). Jika ada kemauan politik yang baik dari elemen-elemen bangsa ini pasti akan dapat dihapus praktek pelacuran di Indonesia.

Seperti sudah diberikan tauladan yang  baik oleh Walikota Surabaya Sri Rismaharani yang sudah bersumpah, pada hari Pahlawan 10 Nopember, di Taman Bungkul, Surabaya, bahwa tahun 2014, kota Surabaya akan bebas pelacur dan praktek pelacuran. Seiring dengan Gubernur Jawa Timur, Sukarwo yang membebaskan Jawa Timur dari pelacur dan pelacuran.

Di Surabaya ada lokalisasi kompleks pelacuran terbesar di Asia Tenggara, Dolly. Kompleks pelacuran tertua di Indonesia. Sudah ada sejak zaman Belanda. Dolly adalah mucikari berdarah Belanda.

Sekarang ada tokoh Surabaya, kebetulan memiliki jabatan dan kekuasaan, kemudiaan kekuasaan dan jabatannya itu, digunakannya menghapus dan menghilangkan penyakit sosial, dan berdampak kepada kehancuran kehidupan.

Betapa mulianya Tri Rismaharani yang dengan segala kesungguhan berkehendak dan  bertujuan menghapus praktek yang sudah sangat tua itu. Tidak pernah ada sebelumnya pejabat yang memiliki tekad menghapus praktek-praktek atau bisnis maksiat, dan baru Sri Trimaharani ini.

Bila kelak Dolly tutup, dan kehidupan berubah, Walikota Surabaya, Sri Rismaharani layak akan dikenang sepanjang sejarah kehidupan manusia atas usaha yang menutup tempat maksiat Dolly.

Sebaliknya, di acara Metro TV, Sabtu malam menjelang dini hari, yang melakukan wawancara dengan  Wakil Gubernur DKI,  Ahok dengan menggunakan baju koko, peci hitam dikepala, selendang dipundaknya, seperti Muslim Betawi,  justru secara tegas ingin membuat kebijakan lokalisasi pelacuran di daerah kebayoran (di Jakarta).

Alasannya melakukan lokalisasi pelacur di sebuah komplek, sebagai langkah preventif menghindari menyebarnya penyakit menular seperti HIV, dan penyakit kotor lainnya. Dengan adanya kompleks lokalisasi pelacuran akan dapat dikontrol para pelacur yang melakukan praktek seks, sekaligus kesehatan mereka dari kemungkinan penyakit menular.

Di Jakarta pernah ada kompleks pelacuran terbesar di kota ini, dan kemudian di tutup di zamannya Gubernur Sutiyoso, dan sekarang dijadikan Islamic Center, dan berbagai kegiaran dakwah berlangsung di bekas tempat kompleks pelacuran itu.

Ahok berulangkali praktek pelacuran sudah menyebar luas di Jakarta, dan ada di mana-mana. Mestinya, Ahok dengan kesadaran itu, berusaha menghilangkan praktek kotor yang pasti akan menghancurkan kehidupan manusia. Mestinya, Ahok tidak mentolelir segala bentuk dan praktek pelacuran yang ada. Menggunakan kekuasaan dan jabatannya meghapusnya dengan kewenangan yang dimilikinya.

Walikota Surabaya Sri Rismaharani memiliki tekad menudutp kompleks Dolly, sebuah kompleks pelacuran terbesar di Asia Tenggara, dan sebalumnya menutup kompleks pelacuran yang ada di kota Surabaya, dan itu bisa dilakukannya. Tetapi, mengapa Ahok, justru bersikap sebaliknya, dan kukuh dengan pendiriannya perlu lokalisasi kompleks pelacuran?

Tentu, bagi kaum Muslimin di Jakarta, dan dimanapun, “clossing statement” Ahok, selalu mengatakan bahwa Indonesia bukan negara “agama”, tetapi Indonesia negara “sekuler”, ini sungguh sangat menyakitkan bagi Muslimin.

Soeharto yang menjadi dedengkot Orde Baru, sejak berkuasa sampai turun, tidak pernah keluar dari mulutnya, mengatakan bahwa Indonesia sebagai negara “sekuler”.

Ahok sudah berulangkali mengatakan, bahwa Indonesia negara “sekuler”,  dan bukan negara “agama”, maksudnya bukan negara Islam, dan tidak berhak Muslim mempraktekkan Syariah Islam.

Apakah Ahok menginginkan di setiap sudut kota Jakarta dibangun kembali kompleks pelacuran? Apakah Ahok menginginkan legalisasi praktek-praktek pelacuran? Apakah Ahok menginginkan praktek pelacuran menjadi praktek bisnis, seperti bisnis yang lainnya, seperti sekarang yang berkembang di daerah Gajah Mada, Hayam Wuruk, dan Kota? Apakah Ahok  menginginkan kota Jakarta seperti Macau, menjadi pusat judi dan pelacuran dunia? Hanya karena Indonesia menurut Ahok, bukan negara “agama”. Wallahu’alam. *mashadi.

 

Dan rupanya pemikirannya ini didukung oleh pemuka agamanya, padahal setahuku dalam agama tersebut, zina juga tidak boleh.

 

Persatuan Gereja Indonesia Dukung Ahok Bangun Kembali Lokalisasi Perzinahan

JAKARTA, muslimdaily.net, – Masalah prostitusi atau perzinahan kembali menyeruak di negeri ini setelah wakil gubernur Jakarta, Basuki Cahaya Purnama atau biasa dipanggil Ahok, berpendapat perlunya dibangunnya tempat khusus atau lokalisasi bagi perzinahan.

Setelah masalah dukungan ini mencuat, MUI dengan tegas menolaknya. Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amirsyah Tambunan menegaskan sikap MUI menolak dengan tegas jika pemda DKI jadi membangun lokalisasi prostitusi atau perzinahan. Sebab, lokalisasi tidak akan mengilangkan permasalahan yang ada.

“Malah menambah masalah baru kan. Itu kan harus dipikirkan bersama. Penanganan masalah prostitusi harus komprehensif, harus banyak pihak,” ujarnya saat dihubungi detikcom, Selasa (23/12).

Bukan tanpa alasan MUI menolak lokalisasi, Amirsyah menekankan, lokalisasi prostitusi hanya solusi yang bersifat sementara. Permasalahan-permasalahan baru akan bermunculan di lingkup prostitusi tersebut selain permasalahan prostitusi itu sendiri.

Namun berbeda dengan MUI, lokalisasi perzinahan yang digagas Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mendapat respons positif dari Persatuan Gereja Indonesia (PGI).

Sekretaris Eksekutif Bidang Diakonia Persatuan Gereja Indonesia Jeirry Sumampouw mengatakan jika bisa memilih, idealnya PGI berharap prostitusi dan lokalisasi bisa diberantas.

“Tapi ternyata kan tidak bisa dihilangkan, pengalaman setelah lokalisasi Kramat Tunggak itu ditutup, menurut saya (prostitusi) malah makin mengkhawatirkan dan liar,” kata Jeirry kepada detikcom, Selasa (24/12).

“Kalau memang kita tidak bisa menghilangkan praktik prostitusi ini, saya setuju dengan Ahok, kita lokalisasi,” lanjutnya. “Ketimbang kita mau sok moralis tapi sesungguhnya juga tidak bisa menghentikannya.”

Jeirry berpendapat prostitusi tetap bisa berkembang, dan malah semakin menjadi-jadi karena banyak faktor. Mulai dari bisnis, manusia yang sulit menahan syahwat, serta sejumlah kemiskinan mendorong orang terjun ke pelacuran.

“Kami lebih sepakat dengan cara pikir Ahok, bukan karena dia kristen. Saya kira banyak juga orang muslim yang punya pandangan seperti dia, melihat kemanfaatan kebijakan itu,” tutur Jeirry.

 

Islam Dengan Tegas Melarang Zina

Agama islam sangat melarang zina kita mendekati saja sudah di larang apalagi melakukan nya karena perbuatan zina merupakan perbuatan yang sanggat keji yang mendatang kan kemudharatan bagi si pelakuu dan orang lain. Kita sering menemui dalil yang sangat melarang perbuatan zina,didalam alqur’an maupun Hadits nabi:
Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk (sumber: Al-Qur’an, QS Al-israa’ ayat 32)

“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. Laki-laki yang berzina tidak mengawini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang mukmin,” (an-Nuur: 2-3)

“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina,” (al-Furqaan: 68-69)

2.  Dan Adapun Hadits Nabi

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Tiga jenis orang yang Allah tidak mengajak berbicara pada hari kiamat, tidak mensucikan mereka, tidak melihat kepada mereka, dan bagi mereka adzab yang pedih: Orang yang berzina, penguasa yang pendusta, dan orang miskin yang sombong,” (HR Muslim [107]).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwasanya Rauslullah saw. bersabda, “Tidaklah berzina seorang pezina saat berzina sedang ia dalam keadaan mukmin.”

 

Apa artinya ini? Tak lain tak bukan adalah umat yang agamanya sama pada umumnya saling membantu satu sama lain. SARA itu masih relevan, hanya saja di media-media mainstream peranannya dikerdilkan KHUSUS  bagi umat Islam agar pemeluk agama lain dapat berkesempatan untuk menjadi pemimpin. Biasanya umat Islam hanya dijadikan “batu pijakan” saja untuk meraih tampuk kekuasaan dan setelah terpilih, maka  mereka tidak lagi diindahkan karena pemimpin nonmuslim tersebut biasanya memiliki agenda tersendiri dalam pemerintahan.

 

Kesimpulan

Dari uraian di atas, bisa diketahui bahwa semua peminggiran nilai-nilai keislaman yang terjadi di “Jakarta Baru” adalah akibat dari tidak didengarkannya saran alim-ulama dan pengabaian ayat-ayat Al-Quran. Hanya demi menjadi manusia “modern” yang berkiblat pada media mainstream (yang kabarnya sudah dibayar buat pencitraan jokohok), sekarang umat Islam Jakarta sendiri yang kena getahnya saat sedikit demi sedikit mulai dibatasi ruang geraknya dan nilai-nilai keislaman mulai dikesampingkan dengan sejuta alasan berbelit-belit.

Kini pemerintah yang nonmuslim terbukti secara nyata dan terang-terangan tidak lagi mengindahkan aspirasi maupun kebutuhan umat Islam, bahkan bersikap arogan terhadap kaum mayoritas di Jakarta tersebut. Dimana indahnya toleransi yang dulu sempat dipuja-puja itu?

Tapi sepertinya jokowi effect sudah mulai memudar. Mungkin masyarakat  juga sudah tahu seperti apa dirinya yang sebenarnya.  Sekarang pilihannya ada di tangan masyarakat yang modern ini. Kalau mengikuti arus media mainstream, jangan-jangan nanti umat Islam Indonesia akan bernasib sama seperti yang di Mesir yang kini sangat teraniaya meskipun secara demografi merupakan umat mayoritas di negeri tersebut.

 

Baca Juga:

Jakarta Baru Semakin Menjauhi Islam? (Bagian 2)

Syariat Islam Ditolak, Perlukah Boikot Bali & Mahabharata?

Dibalik Politik Pencitraan Ala Jokowi

INILAH AKIBATNYA JIKA NONMUSLIM MENJADI PEMIMPIN MUSLIM!

Play Victim : Cara Baru Melumpuhkan Islam

Hare Gene Muslim Masih Percaya Media Mainstream?

Kaskus Tidak Netral Lagi?

Ada Apa Antara Kaskus dan Islam?

 

sumber :

http://metropolitan.inilah.com/read/detail/1946040/fpi-aneh-jalanan-buat-ibadah-kok-dilarang#.UmMoy1NmOus
http://news.liputan6.com/read/619050/jadwal-buka-tutup-jalan-di-jakarta-saat-malam-muda-mudi
http://www.islampos.com/jokowi-larang-takbir-keliling-tapi-tidak-untuk-konser-metallica-75437/
http://www.suara-islam.com/read/index/8594/Warga-Lenteng-Agung—Harga-Mati–Lurah-Susan-Harus-Diganti-
http://www.suara-islam.com/read/index/8604/Sekjen-FUI—Demi-Bela-Susan–Ahok-Berani-Ngelunjak-kepada-Mendagri
http://salam-online.com/2013/10/kh-fahrurrozi-ada-agenda-terselubung-dalam-lelang-jabatan-lurah-di-jakarta-2.html#sthash.VxOPL9P9.dpuf
http://www.dakwatuna.com/2013/10/17/40858/kini-giliran-masjid-bersejarah-yang-dibongkar-oleh-pemprov-dki-jokowi-ahok/i
http://www.voa-islam.com/read/opini/2013/12/09/28027/ahok-perlu-lokalisasi-pelacuran-dan-indonesia-bukan-negara-agama/#sthash.F2HEFEz6.dpuf
http://salam-online.com/2013/12/lahan-gereja-immanuel-dijual-ahok-sebut-yang-jual-gila.html#sthash.BZNz7WN7.dpuf
http://muslimdaily.net/berita/lokal/persatuan-gereja-indonesia-dukung-ahok-bangun-kembali-lokalisasi-perzinahan.html#.UsoCiPst3fk
http://beritaislam.biz/blog/akal-akalan-lelang-jabatan-kepsek-ternyata-soal-ujiannya-diduga-bocor

1 thoughts on “Jakarta Baru Semakin Menjauhi Islam?

  1. Barusan saya share di facebook mbak, bagus. Reviewnya cukup komprehensif (y)
    Saya benar-benar takut jika pembunuhan suara islam dengan ketidakadilan seperti ini terjadi pada skala nasional. Saya membayangkan jika pada ied tahun depan tidak lagi terdengar takbir dari masjid dan jalanan, membayangkan jika masjid yang biasa kami tempati untuk sholat tiba-tiba tinggal puing, jika segala kegiatan keagamaan harus dilakukan tanpa suara, tak boleh menggema hingga ke ruang publik, bukankah itu zaman jahiliyah sebelum hijrah Rasulullah? saya sungguh-sungguh takut itu akan terjadi..

    Suka

Tinggalkan komentar